Tentara anak di Sudan Selatan (dok. SJW) |
Sekitar 16.000
anak-anak telah diadu satu sama lain dalam episode kekerasan mengerikan dari konflik
yang sudah berjalan 21 bulan di Sudan Selatan, menurut laporan lembaga Dana
Anak-Anak PBB (UNICEF).
UNICEF bersama lembaga
Inisiatif Tentara Anak menyeru semua pihak dalam konflik Sudan Selatan agar
tidak memobilisasi 15.000 hingga 16.000 anak yang diduga kuat digunakan oleh
angkatan dan kelompok bersenjata.
"Kita harus
belajar dari kesalahan masa lalu," kata pemimpin Inisiatif Tentara Anak,
Romeo Dallaire, yang juga memimpin Misi
Bantuan PBB untuk Rwanda pada 1994.
Dallaire berada di
Sudan Selatan untuk kunjungan lima harinya yang didukung oleh UNICEF bertujuan membantu
advokasi untuk mengakhiri perekrutan dan penggunaan anak-anak sebagai tentara.
Kunjungannya
termasuk satu hari perjalanan ke Pibor di bagian timur negara itu untuk
berbicara kepada sekitar 1.755 anak-anak yang baru saja dibebaskan dari Faksi
Cobra dengan dukungan UNICEF dan mitra lainnya.
"Anak-anak
dibebaskan dari Faksi Cobra awal tahun ini di Pibor memberikan secercah harapan,"
kata Ettie Higgins, Wakil Duta UNICEF untuk Sudan Selatan. "Anak-anak
harus di sekolah, bukan di medan perang."
Ratusan anak-anak
di Sudan Selatan telah tewas atau cacat, dan ribuan lainnya digunakan untuk
melawan dan melakukan kekerasan terhadap anak-anak lain dan warga sipil, atau
melayani sebagai juru masak, pembersih atau membawa beban berat pada saat berpindah.
Dalam menanggapi
tekanan internasional, pemerintah Sudan Selatan mengeluarkan peraturan tahun
2008 yang melarang penggunaan tentara anak-anak dan menetapkan usia minimum 18
tahun untuk perekrutan atau wajib militer.
Pertempuran saudara
pecah pada Desember 2013 saat Presiden Salva Kiir menuduh mantan wakilnya Riek Machar
mencoba kudeta. (Mirajnews.com/id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar