Kampanye pemilu di Burkina Faso (Joe Penney/Reuters) |
Pemilu di Burkina
Faso pada Ahad, 29 November 2015, akan menjadi pemungutan suara bersejarah,
karena tidak menempatkan prsiden lama Blaise Compaore sebagai kandidat, setelah
lebih 25 tahun terakhir.
Pemilihan yang diawasi
dengan ketat ini bisa menandai awal dari sebuah babak baru dalam sejarah
politik negara Afrika Barat itu.
Pemilu diadakan
setahun setelah pemberontakan populer yang menggulingkan Presiden Compaore.
Awalnya, pemilu
dijadwalkan oleh pemerintah sementara pada Oktober, tapi upaya kudeta gagal
pada September lalu yang dipimpin oleh loyalis Compaore, membuat pemungutan
suara ditunda.
Pemilihan presiden
dan legislatif di negara ini digambarkan oleh banyak orang sebagai “paling
terbuka” dari negara Afrika Barat yang pernah melaksanakan pemilu.
Pemilu Ahad ini
menandai pertama kalinya setelah lebih dari 25 tahun, Compaore tidak menjadi
kandidat, menandakan awal dari sebuah era politik baru.
Mantan presiden
sebelumnya telah memenangkan pemilu pada 1991, 1998, 2005 dan 2010.
Ini berarti, rakyat
Burkinabe - lebih dari 70 persen populasi di bawah usia 30 tahun - untuk pertama
kalinya akan memiliki presiden terpilih yang baru.
Pemilu ini juga
penting, karena hal ini menandakan akhir dari masa transisi menyusul
penggulingan Compaore pada Oktober 2014, memulihkan tatanan demokrasi dan
menyediakan pemerintah yang sah bagi rakyat Burkinabe.
"Ini adalah
kesimpulan dari keberhasilan transisi politik satu tahun, meskipun ada beberapa
gejolak di sepanjang jalan - terutama pada bulan September dengan percobaan
kudeta," kata Eloise Bertrand dari Universitas Warwick kepada Al Jazeera dari ibukota Burkina Faso,
Ouagadougou. (Rudi Hendrik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar