Presiden Gambia terpilih Adama Barrow. |
Para pemimpin Afrika Barat telah mengumumkan mereka akan
melakukan perjalanan kembali ke Gambia pada Januari 2017 untuk peresmian Adama
Barrow sebagai presiden, meskipun presiden incumbent
Yahya Jammeh mencoba mempertahankan kekuasaannya.
Blok Afrika Barat juga sepakat untuk mengambil "semua
tindakan yang diperlukan" untuk menegakkan kemenangan Barrow dengan
mengabaikan opsi intervensi militer. Demikian The Guardian memberitakan yang dikutip MINA.
Barrow telah memenangkan pemilihan presiden Gambia pada 1
Desember lalu dengan mengalahkan Presiden Yahya Jammeh yang telah berkuasa
selama 22 tahun dalam empat masa jabatan sebagai presiden.
Namun, Yahya Jammeh telah menolak hasil pemungutan suara
dengan dalih dicurigai adanya kejanggalan serius dalam proses pemilihan. Ia
menyerukan dilaksanakannya pemilu baru di bawah komisi pemilihan yang lebih
independen dan terpercaya.
Penolakan Jammeh terhadap hasil pemilu mengejutkan bagi
banyak rakyat Gambia, karena sepekan sebelumnya ia telah mengakui kekalahannya.
Sebuah delegasi yang terdiri dari empat presiden Afrika dari
anggota Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) telah terbang ke ibukota
Gambia, Banjul, pekan lalu, tapi mereka gagal meyakinkan Jammeh untuk berubah
pikiran.
ECOWAS tidak memiliki tentara tetap, tetapi bisa meminta
negara-negara anggota untuk mengirim pasukan, seperti yang terjadi di
Guinea-Bissau pada Mei 2012 setelah terjadi kudeta militer.
Ketua Komisi ECOWAS Marcel de Souza mengatakan, pengiriman
pasukan adalah solusi yang mungkin terjadi.
Presiden Senegal Macky Sall yang menjadi tetangga terdekat
Gambia mengatakan kepada televisi Perancis bahwa penggunaan kekuatan militer
harus menjadi "pilihan terakhir".
Pada Ahad (18/12), Dewan Islam Agung Gambia yang sebelumnya
sekutu kuat Presiden Jammeh, muncul mendukung Barrow setelah bertemu dengan
presiden terpilih, dan mengatakan mereka siap untuk bekerja kepada Barrow.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar