Presiden Gambia Yahya Jammeh (kiri) dan Presiden terpilih Adama Barrow. |
Presiden Gambia Yahya Jammeh pada Jumat
secara mengejutkan mengatakan bahwa ia menolak hasil pemilihan presiden pekan
lalu yang mengalahkannya.
Dikutip dari MINA, penolakan yang
disiarkan oleh televisi nasional itu membuat rakyat Gambia dihinggapi
kekhawatiran, karena seiring itu, tentara terlihat menempatkan karung-karung
pasir di lokasi strategis di seluruh ibu kota Banjul.
Kegelisahan warga terhadap
kemungkinan terjadinya kerusuhan telah ada sejak sebelum pemilihan dimulai
dengan terlihatnya warga membeli makanan dalam jumlah besar.
Sebelumnya pada
pekan lalu, Jammeh telah mengakui kekalahannya secara terbuka. Kegembiraan liar
terlihat dilakukan oleh pendukung oposisi sebagai tanda berakhirnya kekuasaan
Jammeh yang sudah berlangsung 22 tahun.
Kelompok-kelompok
hak asasi manusia juga menuduh pemerintahan Jammeh menahan, menyiksa dan
membunuh lawan politiknya.
Hasil pemilihan telah
diumumkan dan dimenangkan oleh pemimpin oposisi Adama Barrow.
"Setelah
penyelidikan menyeluruh, saya telah memutuskan untuk menolak hasil pemilu
baru-baru ini. Saya menyayangkan adanya kejanggalan serius dan tidak dapat
diterima, sebagaimana dilaporkan telah terjadi selama proses pemilihan,"
kata Jammeh.
Pengumuman terbaru itu melempar masa depan negara Afrika Barat tersebut
ke dalam keraguan.
"Saya
merekomendasikan pemilu baru dan transparan yang akan diresmikan oleh komisi
pemilihan yang independen dan terpercaya," kata Jammeh.
Pada angka resmi
hasil dari pemungutan suara pemilihan presiden menunjukkan bahwa Barrow meraih
43,29 persen suara, sementara Jammeh 39,64 persen dengan jumlah pemilih hanya
59 persen dari seluruh rakyat Gambia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar