Kondisi setelah bom truk di Mogadishu, Sabtu, 14 Oktober 2017. (Al Jazeera) |
Para pemimpin dunia di Amerika Serikat
(AS), Inggris, Turki, Kanada dan Perancis mengecam pengeboman truk akhir pekan
di ibukota Somalia, Mogadishu, yang menewaskan sedikitnya 276 orang.
Pengeboman hari Sabtu (14/10) itu adalah ledakan tunggal
terburuk dalam sejarah negara Afrika Timur, terjadi di persimpangan Zoobe,
daerah yang ramai di kota tersebut dengan banyak toko, hotel dan kantor.
Ledakan mematikan tersebut juga membuat lebih dari 300 orang terluka.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Ahad (15/10), pemerintah
Washington mengutuk pengeboman tersebut "dalam istilah yang paling
kuat".
"(AS) akan terus berdiri bersama pemerintah Somalia,
rakyatnya, dan sekutu internasional kami untuk memerangi terorisme," kata
pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan, London
mengutuk dengan cara yang paling kuat atas serangan pengecut di Mogadishu.
Melalui Twitter
resmi, pada Ahad Presiden Perancis Emmanuel Macron pun menyatakan dukungannya
kepada Somalia dan Uni Afrika dalam melawan teroris.
Sementara itu, Turki yang baru-baru ini membangun rumah
sakit, sekolah dan jalan di negara tersebut, juga mengecam "serangan teroris
yang keji" di Mogadishu.
Juru bicara Presiden Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin
mengatakan, pemerintah Ankara mengirim pesawat bantuan medis ke Somalia. Ia
menambahkan bahwa orang-orang yang terluka akan diterbangkan ke Turki dan
dirawat di sana.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga mengecam
pembunuhan massal di Mogadishu.
Sekjen PBB Antonio Guterres juga mengecam ledakan tersebut dalam
sebuah tweet yang diumumkan pada Ahad.
Ketua Komisi Uni Afrika, Moussa Faki Mahamat, mengimbau
pemerintah Somalia untuk menunjukkan kesatuan baru pada saat kritis dan
mengatasi perpecahan.
Mi’raj News Agency
(MINA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar