Shalat Subuh di Turki (You Tube) |
Oleh: Rudi Hendrik, dipublikasikan di Mirajnews.com/id pada 5 Juli 2015A)
Dekan Fakultas
Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor Prof. Didin Hafiduddin saat
berceramah di sebuah masjid pada Jumat 24 April 2015, menceriterakan “Kebangkitan
Bangsa Turki” sekarang ini.
Ulama yang banyak
bergelut di bidang zakat ini memuji pembangunan nasional Turki yang luar biasa
tanpa bantuan pinjaman dari luar negeri.
Pemerintah Turki
saat ini, di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Perdana
Menteri Ahmet Davutoglu, mencanangkan 3 Program Nasional, yaitu:
1.Gerakan shalat
Subuh berjamaah di masjid.
2.Gerakan ekonomi
umat (banyak dikuasai orang Muslim).
3.Gerakan infaq
sedekah.
Gerakan nasional shalat Subuh berjamaah di
masjid
Gerakan shalat
Subuh di masjid memperoleh sambutan luar biasa oleh rakyat Turki.
Didin mengaku
menyaksikan, shalat Subuh sama seperti shalat Jumat. Membludak, penuh, luar biasa. Yang lebih mencengangkan, para remaja
Turki ke masjid dengan mobil-mobil mewahnya.
Ternyata shalat
Subuh berjamaah di masjid menampilkan rahasia yang menakjubkan.
Terlepas apakah
karena program shalat berjamaah atau bukan, jelasnya, berbagai kesulitan
nasional Turki bisa dipecahkan dengan mulus dan lancar dengan tiga program
nasionalnya tersebut.
Gerakan Pejuang Subuh di Indonesia
Meskipun tidak ada
program nasional Pemerintah Indonesia dalan hal shalat Subuh berjamaah di
masjid, tetapi di negeri kaya hutang ini masih memiliki sebuah komunitas kecil
yang bercita-cita “shalat Subuh seperti shalat Jumat” jamaahnya. Mereka
menamakan dirinya “Pejuang Subuh”.
Komunitas Pejuang
Subuh memiliki misi membangunkan ikhwan dan akhwat untuk melaksanakan shalat
Subuh, mencetak mujahid dan mujahidah Subuh, serta memelihara dan menjaga
semangat mujahid dan mujahidah untuk umat.
Gerakan ini dalam
beberapa tahun menjadi populer di jejaring sosial dan banyak Muslim yang
mencoba menjadikan dirinya sebagai Pejuang Subuh dengan memenuhi beberapa
syarat.
Kisah seorang Pejuang Subuh
Seorang warga
Jakarta bernama Mufti Roy, ingin sekali akun Twitter-nya di-follow akun Twitter @pejuangsubuh.
Namun, itu ternyata tidak gampang. Sebab, untuk itu Mufti harus bisa
menjalankan shalat Subuh tepat waktu lebih dulu selama 40 hari secara
berjamaah, tanpa terputus. Shalat subuh berjamaahnya tersebut pun harus di-mention ke akun @pejuangsubuh pada waktu
Subuh.
Bagi penduduk
Jakarta, syarat tersebut cukup sulit. Namun, Mufti tidak gentar mencobanya. Dia
menjajal segala trik agar bisa memenuhi persyaratan itu. Mulai niat yang kuat,
berzikir, membaca beberapa surat pendek, minum air putih sebelum tidur, hingga
memasang alarm lebih dari satu di dekat tempat tidur.
“Untuk tip yang
pakai alarm ini cukup membantu. Sebab, kalau nggak bangun, malu sama tetangga dong,
karena suara alarmnya berisik,” kata pegawai swasta itu.
Namun, segala upaya
Mufti tersebut hanya bertahan dua pekan. Selebihnya, dia kembali gagal bangun on time untuk shalat Subuh.
“Padahal, kalau
subuhannya telat, ngitungnya mesti diulang lagi dari nol. Saya sempat sudah
sampai 36 hari on time, eh besoknya
telat lagi. Tapi, Alhamdulillah, saya
nggak pernah nyerah,” ujarnya.
Perjuangan Mufti
akhirnya berbuah manis. Dia lulus ujian. Akunnya di-follow @pejuangsubuh.
Bahkan, kisahnya terpilih menjadi salah satu cerita yang termuat dalam buku
Pejuang Subuh. Buku tersebut memuat kumpulan kisah nyata orang-orang yang istiqamah berjuang mengerjakan shalat
Subuh berjamaah dan memperoleh keajaiban.
Kesaksian di kampung Islam internasional
Pada 1 Maret 2014,
saya (penulis) ditugaskan untuk meliput sebuah acara di kampung Muhajirun, Desa
Negararatu, Kecamatan Natar, Lampung Selatan.
Sebelum itu, saya
hanya mendengar berbagai cerita tentang keistimewaan kampung Muhajirun, sebuah
kampung yang dirintis di tengah-tengah hutan yang kemudian dalam puluhan tahun
berkembang menjadi sebuah kampung yang begitu Islami dan alami.
Pukul 04.00 WIB.
Kondisi jalan kampung yang beraspal bagus, tampak lengang, hanya tiga ikhwan
yang berjaga menyambut kedatangan kami. Saya langsung mencari toilet dan
ditunjukkan satu-satunya masjid yang ada di kampung dan komplek Ponpes Al Fatah
itu.
“Subhanallah (Maha Suci Allah)!” ucap
saya dalam hati saat melihat sudah cukup ramai para pewudhu dan orang-orang
yang sedang shalat lail (malam) di
dalam masjid. Seketika tergugah diri untuk turut shalat tahajjud. Lingkungan
yang tercipta sebelum waktu adzan Shubuh itu, begitu mempengaruhi saya.
Beberapa orang yang
shalat, sudah saya kenal sebagai tamu undangan acara selama dua hari yang akan
dimulai pagi itu. Selain sebagian adalah santri, sebagian yang lain pastinya
adalah warga Muhajirun, dapat dikenali dari segi usia mereka. Hingga akhirnya,
adzan Subuh berkumandang. Masjid pun semakin ramai di datangi jamaah. Ketika
shalat, saya ada di shaff ketiga.
“Subhanallah (Maha Suci Allah)!”
Takjub hati saya,
ketika salam mengakhiri shalat Shubuh. Saya baru tersadar, masjid yang cukup
luas itu ternyata disesaki oleh jamaah hingga ke teras-teras seputar masjid.
Memang, saat itu
ada banyak tamu undangan yang sudah datang, tapi jumlah mereka baru sekitar
seratus orang. Tanpa para tamu itu pun, saya menduga masjid ini pun pasti tetap
penuh. Jamaah shalat memang merupakan santri dan warga Kampung Muhajirun.
Saat itu juga saya
teringat tentang suatu pernyataan sebagian ulama, bahwa musuh-musuh Islam –
terutama zionis Yahudi – baru akan gentar terhadap Muslimin, jika jamaah shalat
Subuh sama banyaknya jamaah shalat Jum’at.
Dan saya merasa,
suasana syar’i seperti ini begitu menggugah keimanan saya semakin memakukan
diri. Saya menilai, inilah shalat Subuh terbanyak yang pernah saya ikuti dan
sedikit pun terlaksana bukan karena suatu kondisi yang dibuat-buat. Saya sering
menyaksikan shalat Shubuh yang penuh jamaahnya, tapi itu karena ada acara
taklim atau ceramah oleh seorang ustadz ternama dan di syuting untuk acara
televisi. Tapi yang ini tidak, ini adalah ibadah sehari-hari yang mereka
laksanakan rutinitas.
Keuntungan shalat Subuh berjamaah
Banyak sekali
hadits yang mendorong untuk melaksanakan shalat Subuh dan menyanjung mereka
yang menjaganya.
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
"Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia dan
seisinya." (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dan
jika mereka mengetahui apa yang tersimpan di dalam shalat Subuh dan Isya, maka
mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak.” (HR. Bukhari).
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, "Berikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (Subuh
dan Isya) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat."
(HR. Abu Dauwud, At-Tirmidzi)
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ya
Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibn
Majah)
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Barang siapa yang melakukan shalat Subuh berjamaah, maka dia sama seperti
manusia yang melakukan shalat malam sepanjang waktu malam itu.” (HR. Muslim,
dari Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu)
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Barang siapa yang melaksanakan shalat Subuh maka dia berada dalam jaminan
Allah.” (HR. Muslim, dari Jundub ibn
Abdillah al-Bajali radhiallahu ‘anhu)
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Malaikat bergantian melihat kalian pada siang dan malam. Para malaikat itu
bertemu di shalat Subuh dan shalat Ashar. Kemudian yang bermalam dengan kalian
naik (ke langit) dan ditanya oleh Rabb mereka, dan Dia lebih tahu keadaan
hamba-hambanya, Bagaimana kondisi hamba-hambaku ketika kalian tinggalkan?’ Para
malaikat menjawab, ‘Kami meninggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami
mendatangi mereka dalam keadaan shalat.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dan masih banyak
keutamaan lain dari shalat Subuh berjamaah. (Rudi Hendrik)
Ref: dari berbagai sumber
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar