Kerusuhan di Tunisia memprotes pemerintah karena tingginya angka pengangguran dan buruknya ekonomi. (dok. NanaCoker.com) |
Perdana
Menteri Tunisia Habib Essid mengadakan rapat kabinet darurat membahas gelombang
protes dan kerusuhan karena tingginya angka pengangguran.
Rapat Sabtu (23/1) itu dilakukan sehari setelah pemerintah
mengumumkan jam malam nasional usai terjadi kerusuhan selama empat hari. Mi’raj Islamic News Agency(MINA) memberitakannya.
"Rakyat harus mengerti bahwa kita bisa mencapai solusi,
tapi ini memerlukan kesabaran yang besar dan sikap positif. Dan seperti yang
saya katakan, banyak ideologi gelap yang mengambil keuntungan dari demonstrasi
damai dan antusiasme para pemuda," kata Essid dalam konferensi pers.
"Banyak musuh yang tidak ingin Pemerintah atau rakyat
Tunisia sukses. Mereka mencoba melemahkan proses demokrasi. Mereka melakukan
semua yang bisa mengganggu keharmonisan demokrasi kita dan masa transisi
bersejarah Tunisia yang telah terlihat. Transisi tidak bisa dihindari. Transisi
tersebut dapat diubah," ujar Essid.
Dalam beberapa hari teakhir, ribuan orang yang tidak puas
terhadap pemerintah telah turun ke jalan, menuntut adanya tindakan segera untuk
mengatasi pengangguran dan kondisi ekonomi yang buruk.
Perdana Menteri juga berharap pemerintah bisa mengatasi
korupsi, kemiskinan dan mengadakan peluang pekerjaan kepada hampir satu juta
warga Tunisia yang menganggur.
Namun, Essid mengakui pemerintah tidak memiliki dana dan kemampuan
untuk mengatasi isu ini dalam waktu singkat, sehingga situasi sangat sulit akan
dialami oleh elit politik dalam waktu dekat.
Sebelumnya, Presiden Francois Hollande mengatakan akan
memberikan $ 1,1 miliar selama lima tahun untuk membantu Tunisia menjalani
kesepakatan transisi menuju demokrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar