Pendukung oposisi melakukan protes terhadap Presiden Joseph Kabila di Kinshasa (Foto: John Bompengo/AP) |
Penangkapan singkat pemimpin oposisi di Republik Demokratik
Kongo (DRC) telah meningkatkan ketegangan menjelang pemogokan umum yang
direncanakan oleh penentang Presiden Joseph Kabila.
Menurut pejabat senior militer, Martin Fayulu ditangkap pada
Ahad (14/2) sore oleh agen keamanan di markas Partai ECIDE di ibukota Kinshasa.
Kabar cepat beredar di media sosial dan pendukung menyerukan
pembebasannya segera. Fayulu akhirnya dibebaskan sekitar pukul sembilan malam.
Pengacaranya, Jean-Marie Kabengele Ilunga mengatakan, Fayulu
tidak "ditangkap" tapi "diculik" oleh agen-agen Deteksi
Militer dari Aktivitas Anti-Nasional.
Ilunga mengatakan bahwa kliennya telah dipukuli dan sekarang
mempertimbangkan mengambil tindakan hukum.
Setelah dibebaskan, Fayulu yang merupakan anggota parlemen,
mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa unit intelijen masih menahan mobilnya,
telepon seluler yang semua isinya disalin, beberapa dokumen, buku cek dan
hampir uang kas sekitar $ 700.
Pendukung Fayulu menyebarkan lebih 1.000 selebaran yang menyerukan
pemogokan umum pada Selasa melawan Kabila.
Menurut sumber di Kinshasa, Fayulu ditangkap karena
"menghasut kekerasan terhadap ketertiban umum".
Kabila menjadi presiden pada 2001, menyusul pembunuhan
ayahnya Laurent-Desire Kabila. Dia kemudian melanjutkan dengan memenangkan
pemilihan umum pada 2006 dan 2011.
Berdasarkan konstitusi, Kabila tidak dapat lagi menambah
masa jabatan ketiga pada bulan November, tapi oposisi menuduhnya merencanakan
untuk tetap berkuasa dengan menunda proses pemilihan.
Khawatir akan meledaknya kekerasan, beberapa sekolah asing
telah memutuskan untuk tidak beraktivitas pada hari Selasa.
(Sumber: Al Jazeera)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar