Peerang saudara di Sudan Selatan membuat 1 juta warga mengungsi dan 4 juta terancam kelaparan. (Foto: EPA) |
Komisi pemantauan gencatan senjata mengatakan, pasukan Sudan
Selatan setidaknya membunuh 50 orang dengan cara membuatnya lemas di dalam
kontainer dalam kondisi panas terik.
Insiden ini adalah salah satu dari beberapa daftar contoh
pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh pasukan kedua faksi yang
bertikai di negara itu.
Pelanggaran itu diuraikan dalam sebuah laporan yang disusun
oleh Pemantauan Bersama dan Komisi Evaluasi (JMEC) yang dibuat publik pada KTT
Uni Afrika (AU) Ahad (31/1) lalu.
"Sekitar 50 orang mati lemas dalam sebuah kontainer sekitar
22 Oktober. Investigasi berlanjut. Yang
bertanggung jawan adalah pasukan Pemerintah," kata laporan itu dalam bab
judul "pembunuhan warga sipil di Unity State", Al Jazeera memberitakannya.
Meskipun pada Agustus 2015 ada kesepakatan damai, tapi pertempuran
terus berlanjut di negara itu, dan konflik sekarang melibatkan beberapa milisi
yang menurut laporan AU didorong oleh agenda lokal dan serangan balas dendam.
Di Sudan Selatan, kontainer logam sering digunakan sebagai
sel penjara darurat. Suhu di utara Unity State teratur di atas 40 derajat
Celcius.
Bulan lalu, sebuah panel ahli PBB mengatakan Presiden Sudan
Selatan Salva Kiir dan pemimpin oposisi Riek Machar harus menghadapi sanksi atas
peran mereka dalam perang.
Kepala JMEC Festus Mogae, mantan Presiden Botswana
mengatakan, AU memiliki kewajiban untuk menanggapi tuduhan yang dimasukkan
dalam laporan.
Kedua sisi pemerintah dan oposisi telah dituduh melakukan
tindak pembantaian etnis, merekrut dan membunuh anak-anak serta melakukan pemerkosaan
secara luas, penyiksaan dan pemindahan paksa penduduk untuk
"membersihkan" daerah lawan mereka.
(Sumber: Al Jazeera)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar