Sabtu, 30 Januari 2016

Investor Amerika Akan Investasi Pembangunan di Sudan

Sudan. (Foto: Eni.com)
Sejumlah perusahaan Amerika Serikat (AS) menyatakan kesediaannya untuk berinvestasi di Sudan dalam bidang pembangunan, di saat Presiden Omar Al-Bashir berupaya agar sanksi ekonomi AS dicabut.

Sinyal positif itu disampaikan oleh Duta Besar Sudan untuk AS Omar Dahab dalam pertemuannya dengan Menteri Kerjasama Internasional Kamal Hasan Ali Sabtu (30/1) pagi di Khartoum.

Dahab mengatakan, delegasi pemerintah dan pengusaha AS akan mengunjugi Sudan pada Februari mendatang dalam rangka pertemuan penting dengan berbagai pihak terkait di Sudan.

Selain itu, kedatangan pihak mereka juga untuk berpartipasi dalam ulang tahun ke-50 Kantor Cabang PBB yang bermarkas di Khartoum.

Dubes Sudan menjelaskan, Program PBB yang ada di Sudan akan mengambil alih semua tugas setelah kepergian misi Uni Afrika UNAMID di Darfur yang ada dibawah kendali PBB untuk menjembatani kesenjangan pembangunan di beberapa daerah di Sudan.

Selain itu, kata Dahab, kedatangan delegasi AS ke Sudan untuk mencari sinyal positif serta keuntungan untuk periode yang akan datang di berbagai bidang, termasuk ekonomi dan kerjasama lainnya.

Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Khartoum mengatakan, rencana kedatangan delegasi AS muncul setelah sepekan terakhir media-media Sudan ramai memberitakan permintaan Sudan kepada AS agar mencabut embargo ekonomi terhadap negeri itu.

Sejak 1997, Pemerintah AS memberlakukan embargo terhadap Sudan yang dianggap  menjadi sponsor teroris dan melakukan genosida kemanusiaan.

Embargo menyebabkan beberapa investor yang ingin menanamkan sahamnya ke Sudan mengalami kesulitan. 

(Sumber: MirajNews.com/id)

Jumat, 29 Januari 2016

Satelit Rekam Bukti Pembantaian di Burundi

Ilustrasi (AA)
Amnesty International mengatakan pada Jumat (29/1), gambar satelit terbaru dan laporan saksi menunjukkan adanya lima kuburan massal di pinggiran ibukota Burundi, Bujumbura.

Menurut Amnesty di Johannesburg, Afrika Selatan, puluhan orang dilaporkan telah dibunuh oleh pasukan keamanan Burundi pada Desember 2015.

Saksi mengatakan kepada Amnesty International, kuburan telah digali pada sore hari 11 Desember di Buringa, pinggiran Bujumbura, setelah hari-hari kekerasan terburuk terjadi di negara itu. Mi’raj Islamic News Agency (MINA) memberitakannya.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan, gambar dan rekaman video yang diperoleh akhir Desember dan awal Januari itu, menunjukkan tanah yang rusak dan konsisten dengan kesaksian yang diperoleh dari saksi.

"Gambar-gambar ini menunjukkan upaya yang disengaja oleh pemerintah untuk menutupi luasnya pembunuhan oleh pasukan keamanan," kata Lynne Muthoni Wanyeki, Direktur Amnesty Internasional untuk Afrika Timur.

Amnesty lebih lanjut mengatakan, penelitinya hadir di ibukota Bujumbura ketika pembunuhan terjadi dan telah mengunjungi lingkungan yang terkena dampak.

"Para peneliti menemukan kolam darah besar yang beberapa korbannya telah dibunuh tetapi tubuh mereka telah dihilangkan," kata pernyataan itu.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan, saksi menggambarkan bagaimana polisi dan petugas lokal menyisir berbagai kampung untuk mengambil mayat orang yang tewas oleh pasukan keamanan dan membawa mereka ke lokasi yang dirahasiakan.

"Sumber-sumber lokal melaporkan, 25 mayat dikuburkan di lima lokasi kuburan di Mpanda, dan 28 mayat dikuburkan di empat kuburan di Kanyosha. Tidak diketahui berapa banyak mayat yang mungkin ditemukan di tempat lain," kata Amnesty.

Kelompok HAM sekarang mencoba membuat para pemimpin Afrika yang menghadiri KTT Uni Afrika ke-26 di Ethiopia untuk mendesak pemerintah Burundi memberi akses bagi penyelidik internasional ke semua lokasi makam yang diduga.

Amnesty mengatakan, penyidik ​​harus diizinkan untuk memulai penyelidikan segera dan independen.

Konflik pecah di Burundi pada 2015 setelah Presiden Pierre Nkurunziza memutuskan untuk memperpanjang masa jabatannya yang ketiga sehingga menimbulkan bentrokan antara pendukung oposisi dan pasukan keamanan.


Menurut PBB, sedikitnya 3.496 orang telah ditangkap sehubungan dengan krisis politik di negara itu. 

(Sumber: MirajNews.com/id)

Misteri Gadis Buruan 1: Berburu Robenta

(Dok. Tim Gough)
Oleh Rudi Hendrik

Suara hewan malam memang diciptakan untuk menghiasi sisi gelap dari hari. Sang Raja Alam tentunya menciptakannya tidak sia-sia. Sama halnya dengan penciptaan kebun singkong yang batang-batang pohonnya tumbuh dengan rapat dan tinggi, sehingga bisa menutupi dengan baik keberadaan sebuah gubuk kecil yang didirikan di tengah-tengahnya.

Di balik kegelapan yang di tercipta sungguh luar biasa itu, tampak sesosok tubuh bergerak mendekati kebun singkong. Sebelum sosok yang juga berpakaian hitam itu masuk ke dalam kebun, terlebih dulu kepalanya berpaling ke kanan dan ke kiri, memperhatikan daerah sekeliling, tampaknya khawatir jika ada satu makhluk yang melihat keberadaannya.

Kegelapan malam yang ditunjang oleh warna pakaiannya yang juga hitam, membuatnya tidak jelas dinilai, apakah ia pria atau wanita. Terlebih wajah dan kepalanya dibalut kain hitam seperti ninja.
Sosok itu bergerak masuk menyelinap di antara pohon-pohon singkong. Gerakannya cepat, sehingga tidak berapa lama, sudah berdiri di depan pintu gubuk bambu yang ada hanya satu-satunya. Pintu diketuknya.

Ternyata ketukan itu mengejutkan penghuni gubuk yang ada di dalam. Si penghuni adalah seorang pria separuh baya dan seorang wanita muda cantik. Si pria bermata sipit, sedikit berjenggot dan berambut gondrong. Pakaiannya serba hitam. Ia bernama Robenta.

Sementara wanita cantik bersamanya berusia 27 tahun. Meski selisih hampir separuh usia Robenta, tapi ia adalah isteri Robenta. Pakaian hijau mudanya bagus, layaknya pakaian kalangan bangsawan. Namanya Sulasih.

“Siapa?” tanya Robenta.

“Aku Sobenta, Kakak,” jawab si pengetuk pintu dengan berbisik tapi cukup keras, seolah khawatir ada orang lain mendengar selain mereka.

Robenta segera membuka pintu. Lelaki bertopeng yang mengaku bernama Sobenta bergegas masuk. Pintu langsung ditutup. Sobenta membuka penutup wajahnya sambil duduk. Satu-satunya cahaya dian di sudut ruangan kecil itu memperlihatkan wajah Sobenta yang mirip dengan Robenta, hanya lebih muda.

“Kau yakin sendirian?” tanya Robenta dengan wajah dingin dan tegang.

Memang ketiganya tidak bisa menyikapi situasi yang sedang mereka hadapi saat ini dengan hati yang gembira.

“Aku yakin, Kakak. Aku tidak melihat seorang pun prajurit Kerajaan Seringgis di daerah ini,” jawab Sobenta. “Lalu apa rencana Kakak selanjutnya?”

“Malam ini juga aku harus pergi menemui Jeneng. Jika aku pergi bersama isteriku, kami akan mudah terlihat. Maka itu, aku memintamu untuk menjaga Sulasih di sini,” ujar Robenta.

“Jangan khawatir, Kakak,” kata Sobenta meyakinkan.

Robenta beringsut menghampiri isterinya dan mengecup kening wanita cantik yang sangat dicintainya itu.

“Hati-hati, suamiku,” pesan Sulasih dengan wajah tetap penuh kecemasan, tapi suaminya memang harus dia izinkan pergi.

“Ingat, kalian jangan ke mana-mana hingga aku kembali!” pesan Robenta yang dijawab dengan anggukan isterinya dan Sobenta.

Robenta lalu menutupi wajahnya dengan kain hitam, hingga hanya sepasang matanya yang tampak. Robenta membuka pintu dan langsung berlari pergi menyelinap di antara pohon singkong. Sekeluarnya dari kebun singkong, Robenta langsung berkelebat pergi dengan ilmu peringan tubuhnya menembus kegelapan.

Meski terus berlari, Robenta tetap menjaga kewaspadaan tinggi. Ia tidak mau terlihat, apa lagi sampai tertangkap oleh patroli prajurit-prajurit Kerajaan Seringgis.

Robenta memilih jalan-jalan gelap. Demikian pula ketika ia harus melewati sebuah desa. Di sana ada patroli beberapa prajurit bersenjatakan tombak dan menyandang pedang di pinggang. Kewaspadaan dan kehati-hatian Robenta, membuat ia bisa melalui desa itu dengan aman.

Akhirnya Robenta berhenti. Titik di antara kedua matanya mengerut ketika ia melihat pagar bambu halaman sebuah rumah kecil di depannya rebah, sebagian lagi rusak tidak beraturan. Sepertinya sengaja dirusak. Robenta yakin telah terjadi sesuatu yang tidak baik di rumah yang berdiri sendiri agak jauh dari lingkungan desa itu.

Pintu rumah terbuka lebar. Ada beberapa anak panah menancap di dinding papan rumah, termasuk yang tergeleta tidak beraturan di sekitar ambang pintu.

“Bahaya!” desis Robenta sambil bergegas ke ambang pintu rumah. Ia pun memanggil, “Jeneng!”
Robenta berhenti sejenak memungut satu anak panah.

“Keparat! Ini panah-panah prajurit Seringgis,” batin Robenta.

Robenta segera bergerak ke dalam memeriksa keadaan. Gelap, tapi Robenta tahu bahwa kondisi di dalam berantakan tak beraturan. Beberapa barang hancur. Dinding bagian belakang rumah jebol.

“Jeneng!” teriak Robenta memanggil, berharap orang yang dicarinya selamat dan ada di sekitar rumah itu.

Tidak ada sahutan dari pihak lain. Robenta ke belakang rumah. Ia sejenak terdiam di sana. Ada bara api yang masih menyala di sebuah patahan tiang kayu.  Tanah pun keadaannya tidak wajar, ada beberapa kubangan kering yang tercipta dengan serakan tanah di mana-mana. Beberapa senjata tajam tergeletak begitu saja di tanah. Dan ada sesosok tubuh tengkurap tidak bergerak di dekat pohon pisang.

Robenta langsung menghampiri tubuh itu. Dari model rambutnya yang digelung di atas, sepertinya sosok itu adalah orang yang Robenta cari dan ingin temui. Untuk memastikannya lagi, Robenta membalik tubuh itu. Tampaklah wajah seorang lelaki lebih tua darinya dengan mata terbelalak tanpa sinar kehidupan. Lehernya menganga mengerikan bekas disayat benda yang sangat tajam. Dada kirinya jebol berbau sangit, bekas terhantam pukulan maut.

“Jasa-jasamu tidak akan aku lupakan, Jeneng,” ucap Robenta seraya mengusap sepasang mata mayat bernama Jeneng itu, sehingga sepasang kelopak matanya tertutup. Ia membatin, “Lalu di mana anakku berada?”

Robenta mencemaskan puterinya yang berusia empat tahun yang ia percayakan di tangan Jeneng. Batinnya pun bergejolak.

“Mayat pelayan Jeneng tidak ada. Mungkinkah mereka selamat dengan membawa puteriku, atau mereka dibawa ke Seringgis? Mudah-mudahan puteriku masih hidup. Keadaan makin gawat. Terjanggala sudah mengetahui keterlibatan Jeneng. Jangan-jangan ia pun telah mengetahui tempat persembunyianku. Aku harus cepat membawa Sulasih pergi menjauh,” kata batin Robenta.

Namun, sebelum pergi, Robenta harus lebih dulu memakamkan mayat Jeneng, sahabatnya.

Sementara itu, di sisi lain di kegelapan malam. Seekor kuda berlari cepat menembus kegelapan malam. Kuda itu ditunggangi oleh seorang prajurit berompi biru. Hingga akhirnya kuda dihentikan di depan tiga kuda lain yang tampak telah menunggu kedatangannya.

Kuda paling kanan ditunggangi oleh seorang pemuda berambut serba putih gondrong. Berpakaian serba merah dengan tepian berwarna biru. Ada pedang berwarangka mengganting di pinggang kirinya. Ia bernama Rembung Seta.

Kuda paling kiri diduduki oleh seorang pria tua bertubuh kurus. Ia memelihara kumis dan jenggot tipis yang saling menyambung. Pakaian putihnya dilengkapi dengan jubah kuning. Di pinggangnya melilit rantai besi hitam. Ia bernama Getar Jagad.

Sedangkan kuda di tengah ditunggangi oleh pria dengan tampilan seperti perwira kerajaan. Rambutnya digelung di atas dan kepalanya dilingkari gelang besi berwarna merah yang memiliki hiasan dari emas. Pakaian birunya dihiasi dengan sulaman benang perak dan dihiasi rantai-rantai kecil seperti emas. Sebuah pedang kecil terselip miring di pinggang belakangnya. Wajahnya tegas tanpa kumis dan jenggot. Ialah yang bernama Terjanggala, nama yang sempat disebut. batin Robenta.

“Apa yang kau dapat, Ragewa?” tanya Terjanggala.

“Winora telah menunjukkan tempat persembunyian Robenta dan isterinya. Ada di dalam kebun singkong dekat bukit desa, Panglima!” lapor prajurit bernama Ragewa.

“Hmmm, pantas kita tidak bisa menemukannya, rupanya tempat persembunyiannya masih di daerah ini juga,” kata Terjanggala yang berpangkat Panglima. “Kalian bertiga, masing-masing pimpin sebagian prajurit yang ada. Prajurit panah dibagi rata lalu adakan pengepungan terhadap kebun dari tiga arah. Tunggu perintahku untuk menyerang masuk!”

“Baik!” jawab Ragewa, Getar Jagad dan Rembung Seta bersamaan.

Ketiganya segera menggerakkan kudanya ke arah pasukan yang berkumpul tidak jauh di belakang mereka. Ketiganya membagi dan mengatur para prajurit menjadi empat kelompok.

“Pasukan telah siap, Panglima!” lapor Ragewa kepada Panglima Terjanggala usai pengelompokan pasukan.

Panglima Terjanggala lalu menggerakkan kudanya dan berhenti menghadap empat kelompok prajurit yang telah berbaris siap. Melalui atas kudanya, ia pun berseru keras.

“Ingat! Yang Mulia Raja Warsana telah menjanjikan hadiah bagi mereka yang turut serta dalam pembunuhan Robenta dan keluarganya. Bunuh siapa saja yang coba menghalangi kita, kecuali satu. Jangan kalian bunuh puteri kecil Robenta, sebab itu tujuan kita. Mengerti?!” seru Panglima Terjanggala.

“Mengerti!” teriak semua prajurit dengan semangat hadiah di dalam benaknya.

“Kita berangkat!” teriak Panglima Terjanggala.

Mereka pun berangkat dengan tetap dipimpin oleh sang panglima. Daerah sasaran mereka tidak jauh.
Sementara malam terus merambat menuruti kehendak penciptanya.

Ketika daerah sasaran sudah berada dalam jangkauan pandang mata, yaitu sebuah kebun singkong, Panglima Terjanggala memberi tanda kepada ketiga pemimpin prajurit untuk menyebar. Ragewa, Getar Jagad dan Rembung Seta bergerak menyebar yang diikuti oleh pasukan masing-masing ke tiga tempat untuk mengepung kebun singkong.

Sebagai orang-orang yang kerap melakukan patroli dalam satu purnama belakangan ini, Panglima Terjanggala dan orang-orangnya tentu sudah sangat mengenal daerah itu dan sudah sangat tahu akan sasaran mereka. Kebun singkong dekat bukit desa hanya ada satu di kawasan itu dan itu pun sudah sering mereka lalui. Hanya saja selama ini mereka terkecoh, sebab tidak ada tanda-tanda adanya tempat persembunyian di kebun singkong.

Panglima Terjanggala menggebah kudanya menuju kebun singkong. Di belakangnya berlari para prajurit yang memang sudah terbiasa berlari di belakang kuda.

Setibanya tepat di pinggiran kebun singkong, Panglima berhenti. Ditatapnya hamparan kebun yang sangat gelap.

“Serang!” teriak Panglima Terjanggala kepada para prajuritnya.

Setelah itu, Panglima berkelebat meninggalkan punggung kudanya masuk ke dalam lebatnya kebun singkong.

West! Blaar!

Tangan kiri Panglima Terjanggala menghentak ke atas, melesatkan sinar putih ke langit yang kemudian meledak sendiri di atas kebun singkong. Itu adalah tanda bagi tiga pasukan lainnya agar turut menyerang masuk ke dalam kebun singkong.

Pasukan Panglima Terjanggala turut mengikuti pimpinannya masuk ke dalam kebun singkong yang tidak bisa dilalui oleh kuda.

Di sisi lain, Ragewa, Getar Jagad dan Rembung Seta memimpin pasukannya masuk ke dalam kebun dari tiga sisi yang berbeda, mengikuti arti perintah sinar putih di langit kiriman Panglima Terjanggala.

Suara ledakan sinar di atas kebun singkong mengejutkan keberadaan Sobenta dan isteri kakaknya, Sulasih, di dalam gubuk tengah kebun. Samar-samar suara ramai pergerakan makhluk di dalam kebun singkong terdengar jelas, diiringi teriakan para prajurit yang penuh semangat.

“Bahaya! Kita ketahuan!” kata Sobenta tegang.

“Bagaimana ini?” tanya Sulasih lebih cemas yang terlihat di wajahnya.

Sobenta diam. Suara riuh di luar sana kian jelas terdengar dan kian mendekat dari berbagai arah.
“Kita dikepung!” kata Sobenta lagi sambil bergerak mengintip lewat celah jendela.

Dilihatnya banyak bayangan-bayangan menerobos mengguncang pepohonan singkong. Sobenta juga melihat bayangan kuning yang berkelebat berlari di atas pucuk-pucuk pohon singkong mendekat ke arah gubuk. Itu adalah bayangan sosok Getar Jagad.

“Tidak ada jalan lain selain menerobos mereka!” kata Sobenta sambil membenarkan tutup kepala dan wajahnya. Setelahnya dia menyambar tangan kanan Sulasih dan menariknya agar ikut.

Brakr!

Sobenta menendang keras pintu gubuk hingga terpental dari badan gubuk.

“Panah!” teriak Getar Jagad dari kejauhan.

Prajurit panah yang masih berlari seketika berhenti dan ambil posisi lalu memanah.
 
Set set set!

Puluhan anak panah segera melesat ke arah Sobenta dan Sulasih.

“Hah!” sentak Sobenta sambil kibaskan lengan kanannya.

Wuss! Wess!

Angin keras menderu menyapu semua anak panah yang datang. Disusul pelepasan sinar kuning panjang dari tangan kiri Sobenta yang menghancurkan gundukan tanah depan pasukan Getar Jagad. Imbasnya, beberapa prajurit panah berpentalan dan terkapar.

“Serang...!” teriak para prajurit bersenjata tombak seraya datang menyerbu.

Di saat yang sama, pasukan tombak pimpinan Ragewa datang bergabung dari arah selatan.

Dengan taruhan nyawa, Sobenta harus melindungi dirinya dan Sulasih yang tidak pandai ilmu beladiri. Sepintas dilihatnya, posisi gubuk itu sudah terkepung oleh prajurit.

Keroyokan para prajurit harus membuat Sobenta kerja keras, terlebih perhatiannya terpecah untuk menjaga Sulasih yang hanya bisa menjerit-jerit ketika serangan datang mengancamnya.

Bag dak bag...!

Satu demi satu prajurit bertumbangan di tangan dan kaki Sobenta yang tidak main-main penyaluran tenaga dalamnya. Panglima Terjanggala dan ketiga pimpinan prajurit lainnya sementara memperhatikan.

Dengan jiwa penuh ketakutan, Sulasih hanya mengikuti kehendak Sobenta yang menarik dan mendorongnya untuk menghindari serangan tombak yang datang dari segala arah.

Melihat para prajurit bertumbangan di tangan Sobenta, Ragewa segera berkelebat ke arena pengeroyokan. Serangan bertubi-tubi Ragewa langsung memburu Sobenta berapi-api, tapi semua masih bisa dimentahkan.

“Mampus, kau!” seruan itu bersamaan datangnya sosok berjubah kuning yang sangat mengejutkan.

Bak! Bagh!

Hekh!” keluh Sobenta dengan tubuh terjengkang keras setelah kaki Getar Jagad menghantam dadanya dua kali.

Buk!

“Ekk!” pekik Sulasih setelah tendangan Ragewa menyasar ke perut wanita itu.

Ragewa menyusulkan lagi satu terjangan keras, membuat Sualasih terjengkang keras ke pepohonan singkong. Keadaan Sulasih mendelikkan mata Sobenta.

Set seb!

“Akh!”

Kian terbelalak mata Sobenta, karena satu anak panah melesat dan menancap di tengah dada Sulasih.
“Sulasih!” teriak Sobenta seraya bangkit dan berkelebat ke arah posisi Sulasih.

Namun, ...

Wuss!

Serangkum angin keras datang dari samping menghempas tubuh Sobenta di udara. Sobenta terlempar keras menerobos pepohonan singkong. Seiring itu, sosok Panglima Terjanggala berkelebat mengejar tubuh Sobenta.

West! Bluarr!

Panglima Terjanggala langsung melesatkan sinar putih dari tangannya yang benar-benar tidak bisa dielakkan oleh Sobenta. Sinar putih itu meledakkan perut Sobenta dan mementalkan tubuhnya, lalu jatuh dan diam.

Panglima Terjanggala menghampiri mayat Sobenta. Disingkapnya kain penutup wajah Sobenta.

“Tamat riwayatmu, Robenta!” desis Panglima Terjanggala setelah mengenali wajah dalam kegelapan itu.

Sementara itu, Ragewa memaksa Sulasih untuk buka suara dengan menjambak rambutnya. Sulasih yang sudah di ambang maut itu kian menahan sakit.

“Katakan, di mana kau sembunyikan anakmu!” bentak Ragewa galak.

“Cuih!” Sulasih malah meludahi wajah garang Ragewa dengan ludah darah.

“Keparat!” gusar Ragewa lalu menampar keras wajah Sulasih. “Ayo katakan!”

“Urusan ini belum berakhir, Bangsat!” desis Sulasih lalu ambil keputusan mencabut panah di dadanya lalu kembali ditusukkan ke lehernya sendiri, bunuh diri.

“Sial!” maki Ragewa sambil lepas tangannya dari rambut Sulasih.

“Bagaimana?” tanya Panglima Terjanggala mendekati Ragewa.

“Perempuan setan itu memilih bunuh diri daripada harus memberi tahu keberadaan anaknya, 
Panglima,” jawab Ragewa.

“Korek keterangan dari Winora tentang orang-orang dekat Robenta. Jika sudah ada hasil, langsung bunuh orang tua itu!” perintah Panglima Terjanggala.

“Baik, Panglima!”

Panglima Terjanggala pun akhirnya memerintahkan pasukannya meninggalkan tempat itu. Rembung Seta masih sempatkan diri mengutak-atik isi gubuk, tapi ia keluar tanpa hasil apa-apa.

Tidak sampai setengah jam kepergian Panglima Terjanggala dan pasukannya, sesosok bayangan hitam berkelebat muncul dari dalam kebun singkong. Namun sosok itu langsung berhenti memperhatikan keadaan gubuk dan sekitarnya. Beberapa mayat prajurit tampak bergelimpangan tidak jauh dari gubuk.

Dalam kegelapan, sosok yang tidak lain adalah Robenta itu segera mencari ke dalam gubuk, tapi segera keluar kembali dan mencari.

“Sulasih!” panggil Robenta.

Namun akhirnya, Robenta bergerak cepat setelah pandangannya menangkap sosok yang tergeletak di antara pohon singkong.

“Sulasih...!” teriak Robenta histeris sambil memeluk kuat tubuh Sulasih yang sudah menjadi mayat.
Dengan tubuh terguncang oleh tangisnya, Robenta cukup lama memeluk tubuh isterinya.

“Sulasih, aku tidak akan membiarkan mereka. Aku tidak akan mati sebelum menghancurkan orang-orang biadab itu!” ucap Robenta seraya menahan gemuruh dendamnya.

Robenta melepaskan tubuh Sulasih. Ia berdiri, memandang ke sekitar, lalu berjalan ke sana dan ke sini. Hingga akhirnya Robenta menemukan mayat Sobenta yang sudah rusak tubuhnya.

“Suatu hari, Terjanggala akan membayar semua ini!” desis Robenta.

Robenta lalu mengangkat tubuh adik kandungnya itu dan membawanya ke dekat mayat Sulasih. Robenta kemudian menggali lubang untuk mengubur keduanya.

Usai menguburkan kedua anggota keluarganya, Robenta harus pergi ke sebuah desa yang selalu ada penjaga prajurit malamnya. Robenta tetap harus hati-hati.

Hingga akhirnya Robenta dengan mulus tiba di depan pintu belakang sebuah rumah sederhana. Robenta mengetuk pintu itu, tapi tidak ada reaksi dari dalam rumah. Robenta kembali mengetuk seraya pandangannya beredar ke daerah sekitar, khawatir jika ada orang yang melihatnya.

“Winora!” panggil Robenta sekali.

Tidak ada tanggapan atau jawaban dari dalam rumah. Robenta pun jadi ambil curiga.

“Winora!” panggil Robenta lebih keras, sementara matanya tetap waspada.

Tetap tidak ada reaksi dari dalam rumah, padahal dian di dalam terang menyala.

Brakr!

Akhirnya Robenta memutuskan menghantam daun pintu rumah itu dengan pukulan bertenaga dalam. Pintu terbuka rusak. Ia segera masuk.

Di ruang depan, Robenta menemukan empat mayat yang tewas dengan tubuh terluka oleh senjata tajam. Mereka adalah dua orang tua selevel kakek  dan nenek, kemudian dua lainnya adalah dua pemuda.

“Sepertinya orang-orang Kerajaan akan membunuh orang-orang yang pernah dekat dengan aku,” pikir Robenta. “Sebelum aku dituduh, lebih baik aku pergi.”

Robenta segera pergi.

Setelah tewasnya isteri, adik dan sahabatnya yang bernama Jeneng, Robenta selalu melakukan serangan gerilya seorang diri terhadap prajurit-prajurit Kerajaan Seringgis. Perang gerilya Robenta cukup membuat pihak kerajaan kewalahan dan tidak bisa tenang.

Robenta yang masih menyangka bahwa puterinya yang hilang berada di kerajaan, suatu waktu mencoba masuk ke dalam kawasan terlarang Kerajaan Seringgis. Akibatnya, Robenta dikeroyok oleh prajurit-prajurit elit, termasuk Panglima Terjanggala. Tetapi Robenta berhasil melarikan diri dengan membawa luka dalam yang parah dan ditolong oleh seseorang.

Robenta yang selalu bertopeng dalam menyerang ke kerajaan, membuat pihak kerajaan tidak mengenalinya. Panglima Terjanggala tahunya bahwa Robenta telah tewas di tangannya.


Ada satu pertanyaan, ke manakah puteri Robenta setelah dititipkan kepada Jeneng? 

Kamis, 28 Januari 2016

Sudan Buka Perbatasan Dengan Sudan Selatan Pertama Kali

Presiden Sudan Omar Al-Bashir bertemu Presiden Sudan Selatan Salva Kiir di Addis Ababa, Ethiopia. (Foto: dok. The London Evening Post)
Presiden Sudan Omar Al-Bashir memerintahkan membuka perbatasan negaranya dengan Sudan Selatan untuk pertama kalinya sejak pemisahan selatan pada 2011.

Kantor berita Sudan (SUNA) melaporkan, Presiden Al-Bashir mengeluarkan dekrit pada Rabu (27/1) yang memerintahkan pembukaan perbatasan dengan Sudan Selatan dan memerintahkan pihak berwenang untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan ini di lapangan.

Perbatasan antara kedua negara ditutup pada 2011 ketika hubungan keduanya memburuk setelah selatan memisahkan diri usai perang saudara yang panjang.

Sebelumnya pada Selasa (26/1) Presiden Sudan Selatan Salva Kiir secara sepihak mengumumkan normalisasi hubungannya dengan Sudan. Mi’raj Islamic News Agency (MINA) memberitakannya.

Pengumuman itu muncul dalam menanggapi Al-Bashir yang pekan lalu setuju untuk memotong biaya transit minyak Sudan Selatan yang pipanya melintasi wilayah Sudan ke Laut Merah pekan lalu.

Keputusan dibuka kembali perbatasan dengan Sudan Selatan setelah berlakunya dua hari dari kesepakatan antara presiden kedua negara.

Sudan Selatan menjadi sebuah negara merdeka pada 9 Juli 2011 setelah referendum yang diselenggarakan pada Januari 2011 menghasilkan sekitar 99% pemilih memilih untuk memisahkan diri dari Sudan.

Pada 14 Juli 2011, Sudan Selatan menjadi negara anggota PBB. Negara ini juga merupakan anggota Uni Afrika. 

Selasa, 26 Januari 2016

Pemerintah Libya Bersatu Ajukan Susunan Kabinet

(Kiri ke kanan) Mohammed Chouaib, Fayez Sarraj, dan Dr. Saleh Al Makhzoum setelah menandatangani kesepakatan yang disponsori PBB yang bertujuan untuk mengakhiri konflik Libya,17 Desember 2015 di Skhirat, Maroko. (AP)
Sebuah pemerintah persatuan Libya yang baru akan diusulkan dalam sepuluh hari ke depan setelah parlemen yang diakui secara internasional menolak susunan awal yang diajukan.

"Kami akan menghormati batas waktu sepuluh hari," kata Penasehat Pemerintah Persatuan Fathi Ben Issa, Selasa (26/1).

Parlemen yang diakui secara internasional di Tobruk pada Senin menolak susunan kabinet awal dari pemerintah persatuan yang didukung PBB. Mi’raj Islamic News Agency(MINA) memberitakannya.

Delapan puluh sembilan dari 104 anggota parlemen yang menghadiri sesi Senin, menolak kabinet yang dibentuk oleh Dewan Presiden (PC) yang disponsori PBB.

Libya saat ini memiliki dua pemerintah dan parlemen saingan.

Pemerintah persatuan diumumkan pada 19 Januari lalu untuk menjembatani kesenjangan politik.

Libya telah bergulat dengan kekerasan dan ketidakpastian politik sejak mantan Presiden Muammar Gaddafi digulingkan dan kemudian dibunuh oleh pemberontak pada 2011.

Setelah persaingan sengit antara kelompok militan di negara itu, Fraksi Libya Dawn mengambil alih ibukota, Tripoli, pada Juli 2014. Mereka mendirikan pemerintahan sendiri di ibukota, sedangkan pemerintah yang diakui secara internasional pindah berbasis ke kota timur Bayda dan Tobruk. 

Senin, 25 Januari 2016

Ledakan Bom Serang Pasar Kamerun

Salah satu pasar di Kamerun. 
Tiga pelaku bom bunuh diri di sebuah pasar di Kamerun utara setidaknya menewaskan 29 orang.

Seorang sumber militer mengatakan kepada Al Jazeera, serangan yang terkoordinasi terjadi di desa Bodo dekat perbatasan dengan Nigeria pada Senin (25/1).

Ledakan pertama menghantam jalan menuju pasar. Ledakan kedua dan ketiga terjadi di pintu masuk dan interior pasar.

Pengeboman itu adalah insiden kedua yang melanda Kamerun tahun ini. Pada tanggal 13 Januari, seorang pengebom bunuh diri menewaskan 12 orang dan melukai setidaknya satu lainnya dalam serangan terhadap sebuah masjid di Kamerun utara.

Pada Desember, dua wanita juga meledakkan diri di Bodo.

Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan terbaru itu, tetapi Kamerun dan negara-negara tetangga telah melakukan serangan terhadap kelompok Boko Haram yang menyatakan setia kepada Islamic State (ISIS) pada 2015.

Boko Haram telah menderita berbagai kerugian akibat serangan yang diluncurkan oleh tentara lokal dan pasukan multinasional.

Desember lalu, Kamerun dilaporkan menewaskan sedikitnya 100 anggota Boko Haram dan membebaskan 900 sandera.

Kamerun adalah bagian dari pasukan regional berkekuatan 8.700 kekuatan yang dipimpin oleh Nigeria melawan Boko Haram. Amerika Serikat telah memberikan kontribusi perlengkapan militer dan pasukan bantuan.


(Sumber: MirajNews.com/id)

Cara Pelajar Afrika Selatan Buktikan Keperawanannya

Mahasiswi Afrika Selatan. (Foto: dok. Ie-ie.org)
Salah satu penerima beasiswa keperawanan di Afrika Selatan mengatakan kepada News24 bahwa dia tidak keberatan dua kali check-up demi mengajukan permohonan untuk mendapatkan beasiswa.

Mahasiswi farmasi berusia 22 tahun mengatakan, seorang wanita tua memeriksanya pada bulan Juni dan Juli 20015.

"Mereka membuka vagina saya dan melihat, tetapi mereka tidak memasukkan apa pun di dalamnya," katanya.

Jumat lalu (22/1), kotamadya uThukela, di KwaZulu-Natal (KZN), mengumumkan 113 siswa akan menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi di negeri itu.

Keputusan pemerintah kota memunculkan program itu terjadi saat kekacauan parah terjadi dalam pendidikan tinggi di Afrika Selatan.

Aktivis hak-hak perempuan mengkritik kotamadya terkait program beasiswa untuk siswi itu.

Untuk mendapatkan beasiswa, siswi harus membuktikan dirinya masih perawan.

Jabulani Mkhonza, juru bicara pemerintah kota menggambarkan, beasiswa bagi perawan sebagai cara untuk mendorong "perempuan untuk menjaga diri tetap perawan dan tidak aktif dari aktivitas seksual dan fokus pada belajar mereka".

"Mereka, anak-anak yang telah diberikan beasiswa akan diperiksa setiap kali mereka datang kembali dari liburan. Beasiswa akan dicabut jika mereka kehilangan keperawanannya," kata Mkhonza kantor berita AFP.


Minggu, 24 Januari 2016

Cara Afrika Selatan Jaga Keperawanan Pelajar

Pelajar Afrika Selatan. (Foto: Fstimes.co.za)
Aktivis hak-hak perempuan mengkritik sebuah kotamadya Afrika Selatan terkait program beasiswanya untuk pelajar yang bisa membuktikan dirinya masih perawan.

Jumat lalu (22/1), kotamadya uThukela, di KwaZulu-Natal (KZN), mengumumkan 113 siswa akan menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi di negeri itu.

Enam belas beasiswa secara khusus ditujukan untuk siswa yang tidak aktif secara seksual, sebagai bagian dari program yang disebut Maiden Bursary Awards.

Program ini dimulai pada Januari 2015, tetapi tidak jelas berapa banyak siswa yang diberikan beasiswa pada 2015.

Sisonke Msimang, konsultan advokasi dan pengembangan kebijakan untuk proyek Keadilan Jender Sonke di Johannesburg mengatakan, keputusan pemerintah kota adalah "gagasan buruk" dari begitu banyak “lapisan kekonyolan”.

"Menjadi aktif secara seksual dan mencari pendidikan tidak ada hubungannya dengan satu sama lain," kata Msimang kepada Al Jazeera.

Kami tidak mendukung apa pun yang merusak hak-hak perempuan, baik itu budaya atau bukan. Jika rincian ini benar, kita pasti akan merasa keberatan dan akan terlibat dengan pemerintah kota untuk mengatasinya.

Jabulani Mkhonza, juru bicara pemerintah kota menggambarkan, beasiswa bagi perawan sebagai cara untuk mendorong "perempuan untuk menjaga diri tetap perawan dan tidak aktif dari aktivitas seksual dan fokus pada belajar mereka".

"Mereka, anak-anak yang telah diberikan beasiswa akan diperiksa setiap kali mereka datang kembali dari liburan. Beasiswa akan dicabut jika mereka kehilangan keperawanannya," kata Mkhonza kantor berita AFP.

Sebagai reaksi terhadap laporan itu, Departemen Perempuan mengatakan, mereka menyadari laporan tentang program beasiswa, dan akan menyelidiki masalah itu.


"Kami tidak mendukung apa pun yang merusak hak-hak perempuan. Jika rincian ini benar, kami pasti akan merasa keberatan, dan membahasnya bersama pemerintah kota untuk menyelesaikannya," kata Charlotte Lobe, mediator penghubung di departemen perempuan.

Afrika Selatan adalah rumah bagi 6,4 juta orang positif HIV, yang tertinggi di dunia. 

Sabtu, 23 Januari 2016

Usai Kerusuhan 4 Hari, Kabinet Tunisia Rapat Darurat

Kerusuhan di Tunisia memprotes pemerintah karena tingginya angka pengangguran dan buruknya ekonomi. (dok. NanaCoker.com)
Perdana Menteri Tunisia Habib Essid mengadakan rapat kabinet darurat membahas gelombang protes dan kerusuhan karena tingginya angka pengangguran.

Rapat Sabtu (23/1) itu dilakukan sehari setelah pemerintah mengumumkan jam malam nasional usai terjadi kerusuhan selama empat hari. Mi’raj Islamic News Agency(MINA) memberitakannya.

"Rakyat harus mengerti bahwa kita bisa mencapai solusi, tapi ini memerlukan kesabaran yang besar dan sikap positif. Dan seperti yang saya katakan, banyak ideologi gelap yang mengambil keuntungan dari demonstrasi damai dan antusiasme para pemuda," kata Essid dalam konferensi pers.

"Banyak musuh yang tidak ingin Pemerintah atau rakyat Tunisia sukses. Mereka mencoba melemahkan proses demokrasi. Mereka melakukan semua yang bisa mengganggu keharmonisan demokrasi kita dan masa transisi bersejarah Tunisia yang telah terlihat. Transisi tidak bisa dihindari. Transisi tersebut dapat diubah," ujar Essid.

Dalam beberapa hari teakhir, ribuan orang yang tidak puas terhadap pemerintah telah turun ke jalan, menuntut adanya tindakan segera untuk mengatasi pengangguran dan kondisi ekonomi yang buruk.

Perdana Menteri juga berharap pemerintah bisa mengatasi korupsi, kemiskinan dan mengadakan peluang pekerjaan kepada hampir satu juta warga Tunisia yang menganggur.

Namun, Essid mengakui pemerintah tidak memiliki dana dan kemampuan untuk mengatasi isu ini dalam waktu singkat, sehingga situasi sangat sulit akan dialami oleh elit politik dalam waktu dekat.

Sebelumnya, Presiden Francois Hollande mengatakan akan memberikan $ 1,1 miliar selama lima tahun untuk membantu Tunisia menjalani kesepakatan transisi menuju demokrasi.

Sudan Ajukan Rancangan Resolusi ke Uni Africa Cabut Sanksi AS

Sidang Uni Afrika di Addis Ababa, Ethiopia
Utusan Tetap Dewan Delegasi Uni Afrika untuk Sudan mengajukan rancangan resolusi ke Uni Afrika (AU) agar mencabut sanksi ekonomi yang diberlakukan Amerika Serikat kepada Sudan.

Hal ini disampaikan oleh wakil Sudan di AU, Hamzah Omar Hasan di kantor pusat AU di Addis Ababa, Ethiopia kepada Sudan News Agency (SUNA), koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Khartoum melaporkan, Jumat (22/1).

“Rancangan resolusi yang diajukan terdiri 15 pemintaan khusus dan lima secara umum,” kata Hasan.

Dia mengatakan, permintaan tersebut termasuk dampak dari sanksi yang dikenakan AS kepada Sudan sejak 1997 dari aspek ekonomi dan pembangunan yang dianggap merupakan tindakan ilegal berdasarkan HAM dan hukum internasional.

Hasan menunjukkan, rancangan resolusi tersebut mengacu pada resolusi-resolusi internasional yang di ambil oleh PBB pada khususnya, serta resolusi bersama yang diadopsi oleh Dewan HAM PBB yang tidak memandang sepihak kepada sebagian orang saja.

Dia juga menambahkan, dampak dari sanksi ekonomi yang diberlakukan AS masih terasa hingga saat ini.

“Banyak sekali dampak negatif  yang terjadi, seperti tindakan pencucian uang, serta kejahatan perdagangan manusia. Ini merupakan tanggung jawab kami sebagai pemerintah. Dampak lainnya dari sangsi ekonomi adalah seperti tidak bisanya mentransfer uang secara langsung melalu bank resmi yang ada di Sudan. Dan ini memaksa mereka yang akan ke Sudan harus membawa uang secara tunai,” ujar Hasan.

Dia meminta secara khusus kepada  Pimpinan dan para delegasi Uni Afrika yang ada di markas PBB untuk membantu sepenuhnya.

(Sumber: MirajNews.com/id)

Jumat, 22 Januari 2016

Ethiopia Hadapi Kekeringan Terburuk Dalam Satu Dekade

Ilustrasi kekeringan Ethiopia. (Foto: dok. The Telegraph)
Ethiopia menghadapi mimpi buruk ekologi berupa kekeringan terburuk dalam satu dekade, efek dari fenomena cuaca El Niño.

El Nino memicu penurunan drastis dalam ketahanan pangan dengan kegagalan panen berulang dan kawanan ternak yang binasa.

Sekitar 10,2 juta rakyat Ethiopia menghadapi masa depan yang pasti, yaitu kelaparan.

Kali ini pola El Nino adalah yang terkuat yang pernah tercatat, mengakibatkan penurunan hasil panen sebesar 50 sampai 90 persen dan gagal panen lengkap di beberapa daerah.

Menurut data terbaru Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), ternak juga lebih kurus dan lebih sakit karena kurangnya padang rumput dan air, membuat mereka cenderung mati lebih awal. Mi’raj Islamic News Agency (MINA) memberitakannya, Jumat (22/1), 

Sementara itu, tingkat kekurangan gizi akut bagi anak-anak adalah yang tertinggi yang pernah dilaporkan.

“Prospek untuk 2016 sangat suram,” kata Amadou Allahoury, Perwakilan FAO untuk Ethiopia. “Setelah dua musim berturut-turut gagal panen, keberhasilan musim tanam yang dimulai sekarang akan sangat penting untuk mencegah kondisi kian memburuk.”

Efek El Niño dikaitkan dengan pemanasan abnormal suhu permukaan laut di bagian Samudra Pasifik, mengakibatkan efek yang parah pada pola cuaca dan iklim global, akhirnya menyebabkan berkurangnya curah hujan dan terjadi kekeringan di beberapa daerah dan hujan lebat dan banjir di daerah lainnya.

(Sumber: MirajNews.com/id)

Selasa, 19 Januari 2016

Korban Nyawa Petani Ethiopia Tolak Perampasan Lahan


Petani Ethiopia menggunakan peralatan tradisional membajak tanah. (foto: Helge Bendl)
Oleh: Rudi Hendrik, redaktur Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Dua tahun lalu, di pinggiran Chitu di wilayah Oromia
, warga Ethiopia gelisah ketika pejabat lokal mengatakan kepada Chamara Mamoye bahwa kemungkinan lahan pertaniannya akan dibangun ketika desa kecil itu diperluas.

Ternyata rencana itu kini terealisasi dengan mengorbankan lahan-lahan milik para petani yang dirampas secara tidak adil.

"Kehilangan tanah akan menjadi masalah besar bagi saya, tetapi jika pemerintah memaksa kami, ka
mi tidak bisa berbuat apa-apa," kata ayah lima anak itu saat di luar pekarangannya.

Bulan lalu, Chamara (45
), melihat mayat dua orang demonstran di jalan tergeletak setelah demonstrasi mengguncang Chito. Sudah 140 orang yang dibunuh oleh pasukan keamanan selama protes di wilayah luas itu yang dipicu oleh tudingan ketidakadilan dan marjinalisasi yang dilakukan oleh kelompok etnis terbesar di negara itu, yaitu Oromo.

Didukung oleh aktivis media sosial yang berbasis di A
merika Serikat, gerakan protes bersatu menentang rencana pemerintah untuk mengintegrasikan ibukota, Addis Ababa, dengan kota-kota di Oromo. 

Setelah berminggu-minggu aksi protes, koalisi yang berkuasa di wilayah Oromia mengatakan pekan lalu bahwa ia membatalkan rencana ekspansi.

Namun, bagaimana pun, protes telah berlangsung, akar kegelisahan dan kemarahan di Oromia tetap tinggi. Didorong ketidakpuasan terhadap korupsi, penyelewengan administratif dan jawaban yang tidak memuaskan atas investasi yang memicu perbedaan pendapat. 

Tambal sulam keluhan menciptakan tantangan mendasar bagi sebuah pemerintahan otoriter yang bertujuan ingin cepat mengubah Ethiopia dari masyarakat agraris menjadi industri pembangkit tenaga listrik. Dan ketidakpuasan telah menjadi isu nasional.

Seyoum Teshome, seorang dosen di Universitas Ambo mengatakan,
ekspansi perkotaan menyebabkan bentrokan di seluruh negeri ketika investor, pejabat dan petani saling melindungi kepentingannya.

"Penduduk desa telah menanyakan layanan dasar dan
segera memfasilitasi untuk menjual lahan pertanian mereka di tingkat pasar sebelum diambil alih dengan kompensasi yang rendah," katanya.

Seyoum mengatakan, karena semua tanah adalah milik negara di Ethiopia, rumah secara cepat dibangun di tepi kota tanpa izin resmi, untuk memberikan harga bidang tanah. Investor mungkin menyuap pejabat korup untuk meluluskan transfer ilegal, menyebabkan kemarahan muncul di kalangan petani yang dirampas tanahnya.

Chamara Mamoye tidak termasuk yang berunjuk rasa. Pelaku aksi sebagian besar adalah pemuda yang turun ke jalan di Chitu, Chamara berbagi keprihatinan dengan mereka tentang sistem pemerintahan tidak responsif.

Chamara juga frustrasi dengan janji-janji pejabat yang berulang kali mengatakan akan memperbaiki aspal jalan utama yang berjalan melalui Chitu. Meskipun wilayah itu memiliki listrik dan sinyal ponsel, ia kecewa dengan tingkat kemajuan sejak pemerintah berkuasa 25 tahun yang lalu. 

Ia juga kecewa dengan kurangnya informasi dan
perundingan terkait kebijakan tanah, serta prihatin dengan kecurigaan adanya korupsi, meskipun pejabat tidak memperlihatkan praktek haram itu.
"Korupsi tersebut dilakukan dengan cara rahasia. Ini adalah silent killer (pembunuh diam-diam)," katanya.

Pemerintah sendiri mengakui ketidakpuasan terhadap kualitas pelayanan publik dan tingginya tingkat korupsi.

"Di banyak daerah, personil dikatakan terlibat dalam korupsi besar-besaran yang menyebabkan
tiba-tiba terjadi ledakan kemarahan yang sedang diredam," kata juru bicara pemerintah Getachew Reda dalam sebuah wawancara pekan lalu.

Salah satu insiden paling mematikan
terjadi bulan lalu di kota Woliso, sekitar 113km barat daya dari Addis Ababa. Enam demonstran tewas oleh pasukan keamanan setelah ribuan orang dari desa-desa sekitarnya turun ke jalan memprotes rencana perluasan kota.

Sekelompok
pemuda Oromo yang berkumpul di pinggir sungai Walga, beberapa mil dari Woliso, berbicara tentang ketakutan masyarakat atas rencana penggusuran dan ganti rugi yang rendah. Namun, tak seorang pun tahu secara spesifik tentang rencana pemerintah dan mereka menuding pemerintah daerah tidak memiliki izin.

Jangan korbankan kehidupan petani

Ethiopia telah lama menjadi kesayangan masyarakat donor internasional, karena tingkat pertumbuhan pembangunan dan ekonomi yang tinggi selama dekade terakhir dan melupakan pelanggaran HAM di masa lalu.

Di
utara Chitu, ada Danau Kawah Wenchi yang menawarkan sebuah pemandangan spektakuler dan populer di kalangan turis, tapi kondisi yang sama terjadi.
Tentara masih di kota dan sebagai warga di tempat lain. Pihak berwenang telah menangkap orang-orang yang diduga terlibat dalam aksi protes. Sementara sebagian tampak takut dengan tindakan keras keamanan, tapi Rabuma Terefa tidak demikian.

Temannya ditembak di kaki di pinggiran Chitu saat ia berjalan
bersama pengunjuk rasa lainnya dari Wenchi.

Rabuma mengatakan, ketika sebuah unit militer elit memerintahkan ketua demonstran untuk kembali, kelompok menolak, dengan alasan mereka memiliki hak konstitusional untuk melakukan demonstrasi damai. Dalam beberapa menit, tentara melepaskan tembakan, membunuh orang, termasuk Birhanu Dinka yang memimpin demonstran pada saat itu.

"Mereka tidak mengatakan apa-apa, mereka hanya menodongkan senjata pada kami. Kami meminta mereka untuk tidak membunuh kami,"
kata Rabuma (27). 

Ketika pelanggaran mungkin telah terjadi, pasukan keamanan diperintahkan untuk melindungi warga sipil.

Saat protes di Wenchi, sebuah perusahaan pertanian milik Belanda, Solagrow, dibakar oleh ratusan orang. 

Rabuma mengatakan, penyulut kemarahan penduduk setempat adalah karena 100 hektar lahan penggembalaan komunal dipagari dan disewakan oleh pemerintah.
"(Para demonstran) menjadi marah dan mereka mengatakan hanya ada satu cara untuk melanjutkan, dan itulah pertanian kami, karena kami satu-satunya pemilik di tempat itu," kata Jan van de Haar, Manajer Solagrow. 

Serangan demonstran itu juga menghancurkan mesin dan bibit kentang seharga $ 300.000.

"Tidak ada yang menentang pembangunan kota, tetapi tidak harus dengan mengorbankan kehidupan petani," kata Chamara yang berbicara kepada banyak warga etnis Omoro.