Anak balita Sudan Selatan di pengungsian. (Foto: Christianals.com) |
Kelompok
bantuan di Sudan Selatan menjelaskan, kondisi di kamp-kamp pengungsi sangat menyedihkan, wartawan Al Jazeera melaporkan, Selasa (15/12) dari ibukota Juba.
Ribuan
orang warga Sudan Selatan berlindung di dalam kamp-kamp PBB di seluruh negeri,
banyak yang masih terputus dari makanan dan perawatan medis, terutama di wilayah
utara dekat perbatasan dengan Sudan.
Dr
Austin Ombija, seorang pejabat Organisasi Internasional untuk Migrasi
mengatakan, kamp-kamp penuh sesak dan tidak memiliki fasilitas dasar kesehatan.
"Kami
harus berurusan dengan lebih banyak pasien dari yang kami bayangkan. Itu
menyebabkan ketegangan pada kami dalam hal pasokan, kepegawaian, ruang yang kami
gunakan," katanya.
Wartawan
Al Jazeera Hiba Morgan, melaporkan yang
dikutip Mi’raj Islamic News Agency(MINA), banyak satu keluarga hidup dalam ruang kecil dengan akses terbatas
terhadap air bersih dan tidak cukup makanan.
"Organisasi-organisasi
bantuan di sini mungkin berbeda dalam peran dan layanan yang mereka berikan,
tetapi mereka semua setuju pada satu hal, orang-orang perlu perdamaian dan
stabilitas untuk dapat kembali ke rumah dan melanjutkan hidup mereka,"
ujarnya.
"Hidup
telah bertahan selama dua tahun, dan dapat lebih lama jika perdamaian yang ditandatangani
lebih dari tiga bulan lalu dipraktekkan," kata Morgan.
Sejak
awal perang, setidaknya delapan gencatan senjata atau penawaran pembagian
kekuasaan telah rusak.
Negara
ini terjun ke dalam konflik setelah Presiden Salva Kiir menuduh mantan wakilnya
Riek Machar yang ia dipecat awal tahun 2013 merencanakan kudeta.
Bentrokan
diikuti siklus pembunuhan saling balas dendam dan telah mendorong negara termuda
di dunia itu masuk konflik etnis.
Presiden
Kiir menjadi simbol pemimpin dari suku Dinka dan Machar mewakili etnis Nuer.
Pengamat
mengatakan, konflik melibatkan beberapa milisi yang bersekutu dengan Machar
atau Kiir. (Rudi Hendrik)
(Sumber: Mirajnews.com/id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar