ISIS di Libya (Al Jazeera) |
PBB dalam laporannya Selasa (1 Desember 2015) memperingatkan,
kelompok Islamic State (ISIS/Daesh) mengeksploitasi
ketidakstabilan politik di Libya untuk memperluas pengaruhnya di sana.
Sejak 2013, kelompok
bersenjata Libya yang berafiliasi kepada ISIS telah beberapa kali mendapat gelombang
bala bantuan dari para pejuang yang kembali ke Libya dari peperangan di Suriah
dan Irak serta relawan asing.
"Sementara ini
kubu (ISIS) terkonsentrasi di Sirte, ISIS bisa mencari aliansi lokal untuk
memperluas kontrol teritorialnya, juga melibatkan para pejuang teroris asing
tambahan untuk bergabung dengan kelompok di Libya," kata laporan itu, Mi’raj Islamic News Agency (MINA) memberitakannya.
Situasi keamanan yang
lemah di negara itu telah memberikan kesempatan “terbaik” bagi komandan ISIS di
Irak dan Suriah untuk memperluas kontrol di luar kedua negara.
"Libya memiliki
kepentingan besar karena terletak di Afrika dan selatan Eropa, juga merupakan
pintu gerbang menuju padang pasir Afrika yang membentang ke sejumlah negara
Afrika," kata komandan ISIS di Libya, Abu Al-Mughirah Al-Qahtani.
Kelompok ini
memiliki sekitar 2.000 sampai 3.000 pejuang di negara itu dan mengontrol
sebagian besar kota Derna dan Sirte.
Diperkirakan 800
militan ISIS di Libya pernah berjuang di Suriah dan Irak.
Awalnya ISIS
melakukan pendekatan "lunak" kepada penduduk setempat, tapi
setelahnya ISIS menerapkan aturan agama yang ketat dengan melarang merokok, mewajibkan
hijab dan mengharuskan gadis di bawah umur untuk menikah.
Namun menurut PBB,
ISIS di Libya masih dipandang sebagai kelompok luar, mereka belum mendapat dukungan
penduduk lokal.
Saat ini mereka berjuang
melawan pemerintah yang berbasis di Tripoli dan Tobruk, serta faksi yang
berafiliasi kepada Al-Qaeda.
Kehadiran ISIS di
Libya mendapat perhatian internasional ketika mereka menyiarkan rekaman pengeksekusian
massal tahanan warga Kristen asal Mesir dan Afrika Timur. (Rudi Hendrik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar