Pria Burundi bersenjatakan batu saat bentrokan di Bujumbura. (Thomas Mukoya/Reuters) |
Setidaknya 87 orang
ditemukan tewas begelimpangan di jalan-jalan ibukota Burundi, Bujumbura, Sabtu
(12/12).
Juru bicara militer
Burundi Kolonel Gaspard Baratuza mengatakan, delapan petugas keamanan di antara
mereka yang tewas selama dan setelah serangan terkoordinasi oleh kelompok tak
dikenal pada tiga kamp militer sehari yang lalu.
"Jumlah korban
terakhir dari serangan kemarin adalah 79 musuh tewas, 45 ditangkap dan 97 senjata
disita, dan di pihak kami delapan tentara dan polisi tewas dan 21
luka-luka," kata Baratuza sebagaimana dikutip AFP.
Suasana mencekam
melanda Bujumbura setelah suara pertempuran terdengar di seluruh kota pada Jumat
dan tembakan sporadis terjadi sepanjang malam. Warga bersembunyi di rumah-rumah
mereka dan hanya menyisakan personil keamanan yang berpatroli di jalan-jalan.
"Perang
saudara di Burundi bisa hidup kembali," wartawan Al Jazeera Mohammed Adow melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Seorang saksi mata
mengatakan kepada Associated Press
bahwa ia menghitung 21 mayat dengan luka peluru di kepala mereka di lingkungan
Nyakabiga pada Sabtu pagi.
Beberapa orang mati
dengan tangan diikat di belakang punggungnya.
Kekerasan belakangan
ini terkait dengan masa jabatan Presiden Pierre Nkurunziza untuk ketiga kalinya
yang banyak ditentang oleh rakyat Burundi dan pengamat asing. Pengamat
menyebutnya inkonstitusional dan melanggar perjanjian damai.
Perjanjian damai itu
mengakhiri perang saudara yang telah menewaskan 300.000 orang antara 1993
hingga 2006.
Menurut PBB, setidaknya
240 orang telah tewas sejak April lalu dan sekitar 215.000 orang lainnya telah
melarikan diri ke negara tetangga.
(Sumber: MirajNews.com/id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar