Presiden Burundi Pierre Nkurunziza. (Foto: dok. Passblue.com) |
Awal bulan ini, AU mengatakan siap mengirim pasukan penjaga perdamaian 5.000 tentara untuk melindungi warga sipil yang terperangkap dalam kerusuhan dan untuk menghentikan kekerasan.
Kekerasan di Burundi dipicu oleh pengumuman Presiden Nkurunziza pada April 2015 bahwa ia akan mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga kali yang bertentangan dengan aturan konstitusi yang hanya membolehkan dua kali masa jabatan.
Tentangan terhadap rencana AU disiarkan di radio pemerintah. Presiden Nkurunziza mengatakan, setiap orang harus menghormati perbatasan Burundi.
“Jika mereka melanggar prinsip-prinsip tersebut, artinya mereka menyerang negara dan setiap orang Burundi akan berdiri dan melawan mereka,” katanya. Mi’raj Islamic News Agency (MINA) memberitakannya.
Setelah faksi-faksi yang bertikai bertemu di Uganda pada Senin, pemerintah dan oposisi Burundi akan bertemu lagi pada 6 Januari tahun depan di kota Arusha, Tanzania utara.
Sementara Kepala Komisi AU Nkosazana Dlamini-Zuma memperingatkan akan memberi sanksi jika kekerasan terus terjadi di Burundi dan pembicaraan tidak ada kemajuan.
PBB melaporkan, setidaknya 400 orang telah tewas sejak munculnya protes yang menentang rencana Presiden Nkurunziza untuk berkuasa lagi.
Hampir 3.500 orang telah ditangkap dalam krisis politik dan setidaknya 220.000 orang telah melarikan diri dari negara itu.
Meningkatnya kekerasan menimbulkan kekhawatiran akan kembalinya perang saudara yang pernah terjadi pada 1993-2006, konflik antara pemberontak dari mayoritas Hutu dan tentara yang didominasi oleh etnis minoritas Tutsi. Sebanyak 300.000 orang tewas dalam konflik itu.
(Sumber: MirajNews.com/id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar